Ditolak 3 Rumah Sakit Karena Bukan COVID-19, Wanita Ini Saksikan Sakratul Maut Sang Ayah
Februari 26, 2021
Edit
Ria Asripah, perempuan asal Balikpapan yang ayahnya baru saja meninggal dunia karena komplikasi penyakit, mengungkapkan kekecewaan terhadap sistem dan kebijakan rumah sakit yang memprioritaskan pasien COVID-19 hingga terkesan mengabaikan pasien non-COVID-19.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ria membagikan cerita tentang pengalaman tak mengenakkan yang dialaminya saat hendak mengantarkan ayahnya berobat ke rumah sakit bersama adiknya. Tiga rumah sakit milik pemerintah menolak merawat ayahnya.
"Saya sangat kecewa. Kecewa sekali. Rumah sakit seolah menganggap pasien yang bukan COVID-19 tidak berarti," ujarnya, saat berbincang dengan Indozone via telepon seluler, Minggu sore (16/8/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Ria membagikan cerita tentang pengalaman tak mengenakkan yang dialaminya saat hendak mengantarkan ayahnya berobat ke rumah sakit bersama adiknya. Tiga rumah sakit milik pemerintah menolak merawat ayahnya.
"Saya sangat kecewa. Kecewa sekali. Rumah sakit seolah menganggap pasien yang bukan COVID-19 tidak berarti," ujarnya, saat berbincang dengan Indozone via telepon seluler, Minggu sore (16/8/2020).
Pada awalnya, Ria membawa ayahnya ke RS Tentara Balikpapan atau RS Dr R Hardjanto pada 12 Agustus 2020, tempat biasa ayahnya dirawat sejak tahun 2014, namun ditolak dengan asalan kamar ICU penuh dan banyak pasien COVID-19. Rumah sakit tersebut kebetulan dekat dengan tempat tinggalnya.
"Saya bawa Bapak ke situ karena pertama, dekat. Selain itu, Bapak saya sudah dirawat di situ sejak 2014. Ditangani sama empat orang. Selama ini dirawat di sana bagus. Makanya saya kecewa kenapa kali ini ditolak," katanya.
Setelah itu, dia dan adiknya bergegas ke RSUD Gunung Malang. Kembali, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
Kemudian, mereka menuju RS Pertamina Balikpapan, dan lagi-lagi, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
"Awalnya Bpk sy bawa ke RST, tempat biasa Bpk itangani karna 4 dokternya (dokter penyakit dalam, dokter syaraf, dokter bedah dan dokter anastesi/ICU) ada di RS tsb. DI TOLAK dengan alasan kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Kemudian kami bawa lagi ke RSUD Gn. Malang. Hasilnya sama. DI TOLAK. Dengan alasan yg sama juga. Kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Sy udah lemes rasanya. Ini bapak sy kayak apa? Akhirnya sy bawa ke RSPB. Sy tambah lemes. Perlakuan yg sama dengan alasan yg sama juga. DI TOLAK dan banyak pasien Covid," tulis Ria.
Karena tak kunjung mendapat perawatan, ayah Ria semakin parah kondisinya. Bahkan keesokan subuhnya, ayahnya buang air besar disertai darah.
"Subuhnya bapak BAB darah," katanya.
Akhirnya, setelah ditolak tiga rumah sakit plat merah itu, Ria dan adiknya pun membawa pulang ayahnya, merawat ayahnya sebisa mereka.
"Saya bawa Bapak ke situ karena pertama, dekat. Selain itu, Bapak saya sudah dirawat di situ sejak 2014. Ditangani sama empat orang. Selama ini dirawat di sana bagus. Makanya saya kecewa kenapa kali ini ditolak," katanya.
Setelah itu, dia dan adiknya bergegas ke RSUD Gunung Malang. Kembali, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
Kemudian, mereka menuju RS Pertamina Balikpapan, dan lagi-lagi, mereka ditolak dengan alasan yang sama.
"Awalnya Bpk sy bawa ke RST, tempat biasa Bpk itangani karna 4 dokternya (dokter penyakit dalam, dokter syaraf, dokter bedah dan dokter anastesi/ICU) ada di RS tsb. DI TOLAK dengan alasan kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Kemudian kami bawa lagi ke RSUD Gn. Malang. Hasilnya sama. DI TOLAK. Dengan alasan yg sama juga. Kamar ICU penuh dan banyak pasien Covid. Sy udah lemes rasanya. Ini bapak sy kayak apa? Akhirnya sy bawa ke RSPB. Sy tambah lemes. Perlakuan yg sama dengan alasan yg sama juga. DI TOLAK dan banyak pasien Covid," tulis Ria.
Karena tak kunjung mendapat perawatan, ayah Ria semakin parah kondisinya. Bahkan keesokan subuhnya, ayahnya buang air besar disertai darah.
"Subuhnya bapak BAB darah," katanya.
Akhirnya, setelah ditolak tiga rumah sakit plat merah itu, Ria dan adiknya pun membawa pulang ayahnya, merawat ayahnya sebisa mereka.